Ancaman serius menghantui industri peternakan babi di Indonesia: Demam Babi Afrika (African Swine Fever/ASF). Penyakit virus yang sangat menular dan mematikan ini dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang dahsyat bagi peternak dan mengganggu stabilitas pasokan daging babi. Kewaspadaan dan langkah pencegahan dini menjadi kunci untuk melindungi aset peternakan.
ASF berbeda dengan flu babi biasa dan tidak berbahaya bagi manusia, namun tingkat kematiannya pada babi bisa mencapai hampir 100%. Virus ASF sangat resisten dan dapat bertahan hidup lama di lingkungan, bangkai babi, serta produk daging babi yang tidak diolah dengan benar. Penularannya terjadi melalui kontak langsung dengan babi yang sakit, bangkai babi, makanan dan air yang terkontaminasi, peralatan peternakan, hingga gigitan vektor seperti kutu dan lalat.
Gejala klinis ASF bervariasi, namun umumnya meliputi demam tinggi (40-41°C), kehilangan nafsu makan, lemah dan lesu, pendarahan pada kulit (terutama telinga, perut, dan kaki), gangguan pernapasan, muntah, dan diare. Kematian biasanya terjadi dalam beberapa hari setelah munculnya gejala. Sayangnya, hingga saat ini belum ada vaksin atau pengobatan yang efektif untuk ASF.
Ancaman ASF bagi peternakan Indonesia sangat nyata. Jika wabah meluas, dampaknya bisa berupa pemusnahan massal babi untuk mengendalikan penyebaran, kerugian ekonomi besar bagi peternak, gangguan rantai pasok dan kenaikan harga daging babi, serta dampak sosial dan budaya bagi masyarakat yang mengandalkan ternak babi sebagai sumber penghasilan dan bagian dari tradisi.
Oleh karena itu, pencegahan adalah langkah terbaik. Peternak perlu menerapkan biosekuriti yang ketat, termasuk pembatasan akses ke peternakan, sanitasi kandang dan peralatan yang rutin, pengendalian vektor, serta pengawasan ketat terhadap lalu lintas babi dan produknya. Pelaporan dini jika ditemukan gejala mencurigakan juga sangat penting agar tindakan cepat dapat diambil untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Pemerintah dan otoritas terkait berperan krusial dalam pengawasan lalu lintas ternak, sosialisasi dan edukasi kepada peternak, serta penegakan aturan biosekuriti.
Dengan kewaspadaan tinggi dan tindakan pencegahan yang komprehensif, diharapkan peternakan babi di Indonesia dapat terlindungi dari ancaman serius Demam Babi Afrika.