Sorotan: Balita Muna Meninggal di Tengah Perjalanan Medis

Tragedi memilukan kembali menyelimuti dunia kesehatan Indonesia. Seorang balita di Muna meninggal di tengah perjalanan medis saat akan dirujuk ke rumah sakit. Kejadian ini menimbulkan sorotan tajam dan memicu kemarahan publik, menyoroti kembali berbagai masalah dalam sistem rujukan kesehatan, terutama di daerah terpencil atau kepulauan.

Menurut laporan, balita bernama La Sarian (4) dari Puskesmas Wakorumba Selatan, Muna, Sulawesi Tenggara, dirujuk ke RS LM Baharuddin di Raha karena demam tinggi. Namun, bukannya menggunakan ambulans, ia dibawa dengan mobil pikap menuju pelabuhan. Kondisi ini sudah menjadi perhatian serius.

Mirisnya, dalam perjalanan di atas kapal feri menuju rumah sakit rujukan, nyawa balita tersebut tidak tertolong. Ia meninggal dunia sebelum sempat mendapatkan penanganan medis lebih lanjut. Peristiwa ini langsung viral di media sosial, memicu gelombang simpati dan desakan untuk investigasi menyeluruh.

Masyarakat dan berbagai pihak menuntut kejelasan mengenai standar operasional prosedur (SOP) rujukan pasien. Penggunaan mobil pikap untuk membawa pasien kritis, terutama balita, dianggap sangat tidak layak dan melanggar etika pelayanan kesehatan. Ini menunjukkan adanya celah serius dalam sistem rujukan yang berlaku.

Kematian balita ini menjadi sorotan tajam terhadap kesenjangan akses layanan kesehatan antara perkotaan dan daerah. Infrastruktur yang kurang memadai, minimnya ketersediaan ambulans yang layak, serta tantangan geografis seperti penyeberangan laut, seringkali menjadi hambatan krusial.

Pemerintah daerah dan Kementerian Kesehatan didesak untuk segera melakukan evaluasi mendalam. Investigasi harus mengungkap apa yang sebenarnya terjadi, siapa yang bertanggung jawab, dan langkah konkret apa yang akan diambil untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.

Kasus balita Muna meninggal di tengah perjalanan medis ini adalah pengingat pahit. Setiap nyawa, terutama anak-anak, berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan manusiawi. Ini adalah panggilan untuk memperbaiki sistem, memastikan tidak ada lagi nyawa yang melayang karena kelalaian atau keterbatasan akses.

Semoga kasus ini menjadi pelajaran berharga. Sudah saatnya pemerintah serius membenahi sistem rujukan dan fasilitas kesehatan di seluruh pelosok negeri, agar tragedi serupa tidak terulang lagi dan semua masyarakat dapat mengakses layanan medis yang memadai.