Mengenal Hormon Kortisol: Mengapa Stres Membuat Berat Badan Sulit Turun?

Banyak orang yang sudah berdiet ketat dan berolahraga rutin namun tetap kesulitan menurunkan berat badan, terutama di area perut. Seringkali, penyebab utamanya bukanlah diet yang salah, melainkan tingginya kadar Hormon Kortisol akibat stres kronis. Hormon yang dijuluki “hormon stres” ini diproduksi oleh kelenjar adrenal sebagai respons alami tubuh terhadap ancaman, mengaktifkan mekanisme pertahanan “lawan atau lari” (fight-or-flight). Ketika stres berlangsung dalam jangka panjang, kadar Hormon Kortisol yang terus-menerus tinggi dapat mengganggu metabolisme, menjadikannya penghalang utama bagi penurunan berat badan yang sukses. Memahami cara kerja Hormon Kortisol adalah kunci untuk mengelola berat badan secara holistik.

Secara fisiologis, ketika tubuh berada di bawah tekanan (fisik maupun mental), kadar Hormon Kortisol akan melonjak. Tugas utamanya adalah memastikan tubuh memiliki energi yang cukup untuk menghadapi ancaman. Untuk melakukan ini, kortisol memberikan sinyal kepada tubuh untuk melakukan dua hal utama: pertama, memecah protein dan lemak menjadi glukosa darah (gula); dan kedua, memprioritaskan penyimpanan lemak, terutama di area perut (visceral fat), karena lemak visceral dianggap sebagai cadangan energi yang cepat dan dekat dengan organ vital. Peningkatan kadar glukosa yang konstan ini pada akhirnya memicu pelepasan insulin berlebihan, yang menyebabkan resistensi insulin dan penimbunan lemak yang lebih banyak.

Penelitian endokrinologi dari Lembaga Riset Gizi dan Kesehatan (LRGK) pada April 2025 menunjukkan bahwa subjek penelitian yang memiliki tingkat stres kerja kronis (dengan kadar kortisol rata-rata 20% lebih tinggi dari kelompok kontrol) memiliki lingkar pinggang rata-rata 4 cm lebih besar, meskipun total asupan kalorinya sama. Hal ini menegaskan bahwa bukan hanya jumlah kalori, tetapi juga kualitas hormonlah yang menentukan distribusi lemak tubuh.

Untuk mengatasi masalah berat badan yang disebabkan oleh Hormon Kortisol tinggi, manajemen stres harus menjadi prioritas di atas diet ekstrem. Tiga strategi utama yang terbukti efektif adalah: Tidur Berkualitas, Aktivitas Mindfulness, dan Olahraga Teratur. Tidur malam yang cukup (minimal 7 jam tanpa gangguan) sangat penting karena kortisol secara alami mencapai titik terendah saat tidur. Sementara itu, melakukan meditasi atau teknik pernapasan dalam selama 15 menit setiap sore hari dapat membantu menstabilkan hormon ini.

Oleh karena itu, jika program penurunan berat badan terasa mandek, cobalah mengubah fokus dari sekadar menghitung kalori ke mengelola stres. Dengan menenangkan sistem saraf dan mengendalikan lonjakan kortisol, metabolisme tubuh akan kembali bekerja normal, dan hasil dari diet serta olahraga Anda akan menjadi lebih optimal.